Hafni,S.Pd

Nama : Hafni, S.Pd. TTL : Labuhan Bilik/22 Januari 1977. Tempat tugas: SDN 11 Panai Hulu, Hobby : Menulis cerpen, cerbung, puisi dan pantun. Motivasi dala...

Selengkapnya
Navigasi Web
SERULING BUAT RANTI BAGIAN 7

SERULING BUAT RANTI BAGIAN 7

#Tagur Hari ke-18

Shopia, Ranti, serta Bu Lastri, dan suaminya Dimas menikmati hari itu dengan bahagia. Mereka terlihat riang dan gembira menyambut kehadiran Ranti. Di sela-sela itu, Bu Lastri mengatakan kepada Ranti agar tetap bersabar menghadapi segala cobaan dan ujian dalam hidup ini. Ranti menyikapi semua nasehat Bu Lastri dengan dewasa.

Tanpa terasa hari semakin sore, kemudian Ranti berpamitan untuk pulang. Di tengah perjalanan Ranti sedikit kaget ketika seseorang memanggil namanya. “Ranti...” kemudian Ranti menoleh ke arah suara itu. Ternyata Rangga telah berdiri di hadapannya, yang telah menunggunnya sedari tadi. “Selamat hari lahir Ranti,” ucap Rangga kepada Ranti, gadis yang telah memikat hatinya. Mendengar perkataan Rangga, Ranti tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Rangga.

“Ranti...maaf kalau aku sedikit menyita waktumu, aku hanya ingin mengatakan sesuatu kepadamu,” ucap Rangga memberanikan diri. Sementara Ranti hanya terdiam sembari menunggu perkataan Rangga selanjutnya. Mata mereka saling bertemu seakan bicara. Gadis desa dan pemuda tampan itu seperti pinang di belah dua. Rangga adalah pemuda tampan yang baik, anak seorang Tuan tanah yang kaya di desanya. Walaupun dia dibesarkan dan dimanjakan dengan bergelimangan harta, namun dia tetap rendah hati.

Mereka terdiam sejenak, Rangga seolah tak mampu untuk melanjutkan kata-katanya. Jantungnya seakan berdetak kencang ketika menatap gadis yang cantik jelita yang berdiri dihadapannya. Sementara Ranti bertambah bingung dengan sikap Rangga yang terlihat serba salah. “Rangga hari semakin sore, aku pulang dulu ya, mungkin ayah dan ibuku sudah menunggu,” ucap Ranti dengan lembut. Kemudian Ranti berbalik dan ingin berlalu dari hadapan Rangga. Namun, baru saja Ranti membalikkan badannya, tetiba Rangga menarik tangan Ranti, membuat Ranti sedikit kaget. “Ranti...aku sangat menyayangimu, telah lama aku memendam semua ini, aku ingin suatu saat kamu akan menjadi pendamping hidupku,” ucap Rangga memberanikan diri, karena Rangga merasa berterus terang itu lebih baik dari pada memedan semua yang dirasakannya.

(Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ceritanya.. terima kasih sudah berbagi cerita.. salam semangat.

18 Jul
Balas

Keren bun ditunggu lanjutannya

18 Jul
Balas

Terima kasih ibu. Insyaallah lanjut. Sukses selalu ibu. Barakallah

18 Jul

Cerita yang menarik ibu.. Sukses selalu

18 Jul
Balas

Terima kasih ibu. Sukses selalu ibu. Barakallah

18 Jul

Cerita menarik Bunda Hafni. Keren. Salam literasi.

18 Jul
Balas

Terima kasih, Pak. Salam literasi. Sukses selalu, Pak. Barakallah

18 Jul

menarik bu...keren

19 Jul
Balas

Keren pun rianti dan rangga, di tunggu kelanjutan ceritanya

18 Jul
Balas

Terima kasih, Bu. Sukses selalu ibu. Barakallah

18 Jul



search

New Post