#Tagur Hari Ke-22

Di keheningan malam, Ranti belum dapat memejamkan kedua matanya. Di dalam kamar Ranti melamun seorang diri, tetiba Ranti teringat kepada Rangga pemuda tampan yang bersikap dewasa, yang telah jatuh hati kepadanya. Ranti tersenyum bahagia ketika teringat akan perkataan Rangga, yang tiada dia duga sebelumnya. Namun entah mengapa Ranti mulai memikirkan Rangga. Malam semakin larut, Ranti menarik selimut tebalnya, cuaca terasa dingin. Ranti berusaha memejamkan kedua matanya, sehingga tanpa sadar Ranti terlelap tidur dengan mimipi-mimpinya.

“Ibu....Ibu.....!! Jangan tinggalkan Ranti....!” Ranti menangis sejadi-jadinya. Dewi menoleh ke arah putrinya. Namun Dewi terlihat semakin menjauh. Dewi seakan tak kuasa menahan kesedihan ketika melihat putrinya menangis. Namun apa daya, Dewi tak mampu bertahan, cahaya itu seolah membawa Dewi entah kemana hingga menghilang. Hanya suara samar-samar terdengar di telinga Ranti. “ Ranti...maafkan ibu sayang, ibu tak bisa menemanimu lagi, Ibu harus pergi, Nak....seandainya engkau rindu kepada ibu, maka tiuplah seruling itu.” Kemudian suara itu menghilang Ranti yang masih tertegun, tampak terkulai lemah seakan tak berdaya menyaksikan semua itu. Derai air mata membasahi kedua kelopak mata indahnya.

(Bersambung)